Senin, 23 November 2015

Hujan Jangan Marah #kegelisahankita

lihatkah? aku pucat pasi, sembilu hisapi jemari
setiap ku peluk dan menangisi hijau pucatnya cemara

yang sedih aku letih

dengarkah? Jantungku menyerah, terbelah di tanah yang merah
Gelisah dan hanya suka bertanya pada musim kering
melemah dan melemah
Hujan, hujan jangan marah... (Efek Rumah Kaca_Hujan Jangan Marah)




Lirik yang pas untuk menggambarkan situasi saat ini, dimana hujan yang mulai mengguyur Ibu Kota dengan deras. Yang datang setelah hujan pergi bukan pelangi, melainkan ancaman banjir. Yang ga paham bilang, bahwa banjir itu kiriman dari Bogor. Oh ya? Mungkin saja. Tapi apalah daya manusia. Setahu ku air mengalir sedari dulu dari hulu ke hilir. Air tidak salah! Yang salah kalian! Lempar batu sembunyi tangan!

Jika sembilu akibat banjir membuat mu pucat pasi dan menangis, maka kini mulai lah berpikir. Jangan lagi mencari kambing hitam. Alam tidak pernah menganggap kita musuh tapi sebaliknya. Pemerintah itu cuma sekumpulan manusia. Mereka bukan para dewa yang ada dalam mitologi. Coba bertanya pada jantung mu! Hati mu! Jangan kau kutuk hujan! Padahal ia begitu kau rindukan tak kala musim kering membelah tanah dan membakar kaki mu.
Berbisiklah pada hujan, katakan "hujan..hujan.. jangan marah"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar